menunggumu

lengang. Senyap. Sayup sayup terdengar lafadz ayat ayat al qur”an dari surau dan masjid.

Tak terhitung lagi, berapa ramadhan yang telah terlalui, namun aku belum juga menemukanmu.

Disini. Di antara beragam cerita kehidupan, di antara kelengangan pagi, aku menunggumu.

Percayalah, aku masih disini. Terdiam. Berdiri di satu titik yang sama di bawah senja dan sang fajar.

Selalu ku menyapa pagi dan senja, menatap cakrawala dan horison. Berharap bayangmu menyapaku dan merengkuhmu.

Toh, hingga detik ini penantian itu masih sebuah ilusi.

Aku tak akan putus asa atau menyerah,

dalam diamku, aku menunggumu. Dalam diamku, aku menantimu.

Dalam diamku aku bermunajat, menantimu untuk hadir dalam setiap desah dan nadi hidupku.

Menjadi seseorang dan imam dalam hidupku.

Dalam diam dan kesenyapan pagi, aku menunggu.

Hingga nanti….

Padang, 01082011

straight on the plan

straight on the plan. Jangan menoleh ke kanan dan ke kiri. Lurus saja sudah. Meskipun ada belokan, tetap saja lurus karena sekali kaki membelok maka yang ada akan menjadi banyak tujuan.

Fokus! Itu yang harus dilakukan, rentang waktu nanti yang akan bicara. Dan kali ini biarkan semua berjalan seperti semula.

Maaf! Aku sudah pernah mengatakan kepadamu bahwa kala itu aku sudah menyiapkan satu paket mitigasi, sudah ku susun dengan baik, sudah ku tata dengan rapi dan sudah ku siapkan analisa resikonya, namun prahara yang menghempas cukup hebat hingga memporak porandakan bangunan mitigasi itu.

Aku pUn sudah bilang, jangan memainkan api yang masih membara, tapi kau tak pernah percaya.

Dan kini aku juga katakan. Episode cerita hidupku denganmu telah usai, tak bersisa secuil pun dan benar sudah berakhir.

Waktu memang yang telah mengajarkan aku tentang semuanya. Dan kini, aku tak akan lengah.

Fokus! Itu yang bisa dilakukan untuk tetap meluruskan hatiku, menjadikannya tanpa pamrih dan menikmati senja – senja yang kembali bergulir di hadapanku.

Straight on the plan, tak ingin ku pikirkan hasil akhirnya toh aku tak memerlukan itu, karena yang terpenting adalah bukan bagaimana akhir ceritanya namun apa yang dihasilkan.

Kamu! Ya. Kamu yang mengajari aku untuk seperti ini. Kamu yang mengajari aku untuk tetap melakukan mitigasi sebaik mungkin. Hingga kala prahara kembali datang, aku akan mampu tetap tegak berdiri!

By. Neena
Padang, 29072011 menjelang ramadhan

ramadhan kali ini

Tak terasa guliran waktu telah berlalu, menepikan segala lelah dan gulana. Hitungan detik pun akan semakin cepat seiring aliran waktu yang terus mengalir, mengisi telaga – telaga ruang yang masih bersisa entah untuk esok, lusa atau hari ini.

Perlahan, waktu pun telah meninggalkan ramadhan tahun lalu, yang dengan kerendahan hati aku ucap syukur masih ada waktu untuk menyambut ramadhan tahun ini, dalam nuansa yang berbeda.

Ramadhan kali ini, ingin ku luruhkan luka itu,kembali menyapanya dan mengutarakan maafku meskipun berat namun harus aku lakukan.

Ramadhan kali ini, kembali menikmatinya dalam suasana yang berbeda. di tempat yang belum pernah aku jejak untuk merasakan nuansanya.

Ramadhan kali ini, memulainya di ranah minang, dan bumi sikerei. akan mengukir satu kisah dalam nuansa yang berbeda. menikmati tradisi lokal, yang akan menjadi sulur – sulur cerita seperti halnya ramadhan di anah rencong dan situs megalitikum.

Semoga, ramadhan kali ini akan penuh warna warni cerita dalam satu nada.

selamat menyambut ramadhan 2011

by. neena

satu kisah

Lara hati masih mengusik jiwa, menari nari dalam laguna sukma. Membiarkannya saja akan menjadi luka yang semakin dalam. Namun, perlahan aku harus mengikisnya dengan angin samudera, sedikit demi sedikit menepikannya dalam hembusan sang bayu bersama aliran udara yang selalu menyapa.

Pagi, tak akan pernah sama. siang akan menjadi rangkaian cerita. senja, meluruhkan segala lelah, dan malam akan mengurai setiap perjalanan yang telah tertoreh.

Setiap langkah akan menjadi satu kisah. kisah yang tak akan pernah sama. kisah yang akan menjadi sebuah cerita, menjadikan warna warni dalam perjalanan ini.

Satu kisah ini, perlahan mulai mengikis lara hati, perlahan mulai menepikan dendam yang entah sampai titik kulminasi mana masih bersemayam.

Satu kisah ini, memberikan sebuah cakrawala baru untuk terus memaknai arti hidup dan kehidupan. Satu kisah yang belum bisa ditentukan kapan akan berakhir dan dimana muaranya.

Biarkan satu kisah ini tetap menjadi satu kisah. menjadi cerita tunggal yang berdiri sendiri diantara ribuan kisah.

Kubiarkan semilir angin gunung menyapaku saat senja mulai kembali merangkaikan satu kisah.

by. neena

Padang, 29072011

let’s play the game

kicau burung menyapaku, menari – nari dalam birunya angkasa. kenangan itu kembali menyeruak, kali ini aku tak akan merengek dan menangis. cukup sudah! arak – arakan awan menatapku, kau boleh mencampakkan aku, kau boleh meremehkan aku, kau boleh menganggap aku seperti apa yang ada di pikiranmu tapi sekarang…

Let’s play the game! permainan yang sederhana, tidak muluk – muluk tapi akan menyerempet egomu.

permainan yang cukup ringan, menantang tapi mampu membuatmu kembali berpikir…

jahat?! tidak!

karena aku hanya ingin play the game! itu saja.

jika suatu saat, permainan itu membuatmu sakit, bukan salahku

karena dalam permainan itu banyak karakter dan tokoh.

Let’s play the game maka kau akan tahu

seperti apa permainan yang akan aku mainkan nanti

jangan dibuat rumit, karena ini adalah sederhana.

Hanya lihat, telaah dan analisa

maka engkau akan menemukan jawaban dari permainan itu.

Let’s play the game, mulai dari sekarang.

karena permainan ini akan mampu membuatku tersenyum

melupakan semua epoisode hidupku denganmu.

Let’s play the game

hingga kau menyadari sesuatu

by. neena

padang, 26072011

2 jam saja

Malam tlah menuju ke singgasananya, saat mata tak lagi mampu terpejam, ku coba untuk tetap terjaga sambil menatap layar netbook yang menampilkan satu penuh halaman jejaring sosial, yang tak berubah. bosan dan jenuh. tapi tak ada yang bisa aku lakukan. mata masih dengan nyalang menatap jejaring sosial itu, berharap sebuah keajaiban datang menghampiri,

Dalam ketermenunganku dan kediamanku, lagu it’s your love – Tim Mcgraw dan Faith Hill, mengalun merdu dan membuyarkan lamunanku. satu nomor cantik tertera, berkedap kedip seolah memohon untuk segera diangkat. Satu tarikan saja, aku mendengar kembali suaranya, tanpa perlu aku tanyakan kembali siapa dia, karena hatiku telah mengenalinya. ku tata kembali semuanya, mencoba untuk normal, melepaskan ego, luka, kecewa dan dendam.

Mengalir begitu saja obrolan malam itu, aku tahu tak ada sesuatu yang istimewa, semuanya biasa. rasa itu sudah hilang. obrolan pun terhenti dan berlanjut esok hari. saat mentari sudah mulai menyapa bumi, dan kala raga sedang menyesap udara pagi di tepian kolam renang, kembali lagu it’s yopur love mengalun merdu, namun bukan lagi sebaris nomor yang tertera, namun satu nama. ya. nomor itu sudah ku ubah menjadi nama. Sekejap aku tinggalkan pagi di tepian kolam renang dan menghampirinya.

Terdiam, sejenak sebelum memulai obrolan yang tertunda. kini, engkau telah di hadapanku meskipun hanya dalam hitungan jam, tak ada yang bisa aku lakukan selain menatapmu dan menemanimu mengobrol.

2 jam, waktu yang cukup untuk membuat sebuah analisa singkat tentangmu, sesuatu yang tak bisa aku lakukan di awal. kini, dalam keheningan pagi dan lengangnya siang. saat waktu berpihak kepada kita, aku mencoba untuk melihatmu dari sudut hatiku, menelaah dan merenungkannya tentang setiap cerita yang pernah terjadi.

Satu yang patut ku ingat, kecewa dan sakit itu juga sumbangsih dariku sendiri selain darimu, namun tak seharusnya engkau mencampakkan aku tanpa sebuah penjelasan.

2 jam, telah mampu membuka mata dan hatiku bahwa sesungguhnya engkau bukanlah seseorang yang pantas dan layak untuk menjadi imam dalam hidupku. hati tak pernah salah dalam menilai.

Aku akan menunggu, saat yang tepat untuk menunjukkan bahwa aku adalah sosok istimewa, yang akan engkau sadari suatu saat nanti.

hatiku telah tertata, rasa nyaman kembali melingkupinya, namun aku tak akan pernah melupakan episode hidupku denganmu. aku akan terus mengepakkan sayapku hingga menemukan tempat untuk berlabuh

by. neena

Padang, 26072011

hujan

mengalirlah seiring dengan derasnya curahan sang awan. Beriring bersama dengan semilir angin yang sesekali meniup. Gemericikmu tak mampu mengusir gundah dan resah jiwaku. Resah karena masih menyisakan satu tanya yang belum terjawab hingga detik ini.

Deburan gelombang samudera yang sesekali menghempas dalam tepian pasir tak mampu untuk mengusir bayang wajahmu dalam sukmaku. Saat jiwa ini ingin bebas dan kembali terbang, bayangmu masih dengan erat memelukku dalam setiap gerak langkah dan hembusan nafasku. Alunan gelombang pun tak mampu mengusirmu dari mata batinku. Sejauh apa pun aku melarungkan namamu sepanjang pesisir samudera hindia, tetap saja membuatku resah dan gundah

Jejakmu belum bisa terhapuskan oleh ribuan hujan dan riak gelombang yang mengayunkan perahuku setiap saat. Tak ada yang bisa dan mampu aku lakukan selain menyimpan kenangan dan bayanganmu dalam hatiku, karena aku tahu tak akan bisa menggapaimu lagi. Lintasan samudera dan hutan hujan tropis sudah membuat jarak yang cukup lebar untuk aku dan kamu.

Biarkan bintang gemintang dan derak sang nyiur yang akan silih berganti menyampaikan kerinduanku ini untukmu. Kusimpan semuanya dengan rapi dalam kedalaman jiwaku. Hingga suatu ketika aku menemukan penggantimu.

Temaram mentari yang kembali mengurai hujan dan membentangkan pelangi juga tak mampu untuk menepikan gundahku. Biarkan suatu saat ku gapai pelangi dan kupersembahkan untukmu, sebagai tanda terima kasihku .

By. Neena

@talaupulai, under the rain

27062011

maaf, aku terlalu berharga untuk kau sia siakan !

Luka, memberikan kesakitan yang luar biasa. cinta… akan begitu indah dan menjadi persinggahan terakhir satu hati dan satu cinta, menyapa, mengalun, menggema dan beriringan seiring dengan perjalanan waktu.

Cinta akan menjadi sebuah luka. cinta akan menjadi sebuah kecewa saat kekecewaan itu tak terungkapkan, saat cinta berubah menjadi luka, luka yang cukup membuat hati tak lagi mampu merapat.

malam kian mengalir, dalam hening senja di antara semburat jingga cakrawala sore. derai ombak yang mendera tepian pantai silih berganti membawa kembara pikiranku pada waktu lalu. yang perlahan kembali menyapa jiwaku dengan lembut.

aku…, sampai saat ini masih mampu berdiri, tersenyum dan bahkan menangis dalam keheningan jiwa yang merayap dalam sukma, namun sampai kapan aku mampu bertahan? menyimpan lara hati ini, memendamnya dalam ragaku, yang selalu berjibaku dengan waktu untuk menepikan bayangmu.

aku masih terpaku di tepian pantai, tak lekang mata ini menatap senja. dan yang kurasakan hanyalah sebuah kehampaan. senja, kali ini tak cukup menarik sukmaku untuk mengejarnya. ku biarkan saja senja itu berlalu, dan tergantikan dengan gemerlap lampu kota, hingga aku menyadari bahwasanya hidupku cukup indah untuk kusia – siakan dan menangisi sesuatu yang tak perlu tuk ditangisi.

maaf!! aku terlalu berharga untuk kau campakkan begitu saja. Maaf! jika aku masih menyimpan kecewa dan luka karena memang aku terlalu berharga untuk engkau sia – siakan.

Kali ini!aku tak akan merengek kembali, tak akan berharap, menanti dan menyimpan rindu ini untukmu. cukup sudah! karena hidupku terlalu indah dan berharga hanya untuk memikirkanmu.

Maaf! jika benteng itu telah kembali kokoh, meskipun retakan – retakan itu masih tersisa sedikit, dan tak akan hancur kembali meskipun badai kembali menghantamnya.

Hanya satu pintaku, pergilah untuk tidak kembali hingga kau telah mampu mengatakan maaf kepadaku.

by. neena

Padang, 24072011

merindukanmu

P, aku ingin jujur kepadamu, 2 bulan sudah lewat kala waktu berjalan untuk tanpa sengaja mempertemukan aku denganmu, dan ada cerita suka dan duka yang terangkai mewarnai perjalanan itu. Genap sudah 2 bulan aku mengenalmu, dan aku pun telah dengan sekuat tenaga berusaha untuk selalu bijak dan tenang dalam menghadapimu. aku telah sekuat tenaga membunuh rindu ini untukmu.

Tapi aku tak bisa, P. Sejauh apa pun kakiku melangkah, seluas samudera hindia telah terarungi sebagian, seribu senja dan deburan ombak telah menghantam hati ini namun aku masih tak mampu membunuh rindu ini untukmu.

Aku ingin bertemu denganmu, P. sekali lagi aku ingin bertemu denganmu. bukan untuk menyelesaikan sesuatu yang belum usai namun untuk menuntaskan rindu ini.

Meskipun engkau tak membacanya, aku masih menyimpan sejuta rindu ini untukmu, P. pun jika suatu saat kala kita bertemu sudah dalam keadaan yang berbeda bagiku tak mengapa.

P, adakah kamu merasakan rindu yang sama? katakan padaku, P. sebelum engkau meninggalkan tanah sumatera. aku hanya rindu untuk kembali bercanda dan tertawa bersamamu kala malam menjelang, aku merindukan bercerita tentang semuanya yang terjadi dalam hidupmu dan kehidupanku.

P, untuk siapakah rindu ini jika keangkuhanmu menyiksaku? maafkan aku, P. aku pun ingin menghapus jejakmu namun masih tak mampu.

P….aku merindukanmu

july 2011

aku bisa tanpaku

jujur kuakui kehadiranmu yang sesaat mampu membuat pelangi dalam hatiku, dan meruntuhkan tembok kokoh di sekelilingnya. Tapi satu hal yang perlu kamu ingat – aku biasa tanpamu. Sebelum kehadiranmu, aku biasa saja. Menjalani apa yang aku mau dengan bebas. Sebelum kehadiranmu, aku bisa kemana mana sendiri, tanpa ada yang membatasi. Sebelum engkau hadir, aku pun bisa menikmati hidup dengan sesukaku, dan sebelum engkau hadir hatiku setenang air telaga. Dan kini! Setelah engkau menghilang tanpa sebuah petunjuk, aku pun sama seperti aku yang dulu, mampu menikmati hidupku sendiri, mampu memaknai langkahku sendiri.
Dan terima kasih atas kehadiranmu yang sejenak mengingatkan aku bahwa kadangkala sebuah hubungan tidak memerlukan ikatan pasti jika akhirnya berpisah ataupun berselingkuh. Kehadiranmu juga telah mengingatkan aku untuk kembali memperkokoh tembok itu.
Tak pernah aku menyesal bertemu denganmu, karena setiap pertemuan dan perjalanan yang tertempuh adalah rahasia ilahi.

Kembalilah menjauh dari hati dan kehidupanku karena sekarang aku berada dalam titik terbaik di hidupku. Selamat jalan, sukses untuk di kalimantan

By. Neena (11062011)
When i am still think and reflection of you.